Hujan membasahi tanah yang
kering, aroma tanah basah menyeruak memenuhi seluruh penciumanku. Tenang. Basah.
Sangat khas. sudah lama hujan tak turun. Hari ini adalah hujan pertamaku di
rumah. Ya, aku baru saja tiba di rumah, setelah sekian lama aku merantau ke
jakarta.
Keadaan di rumah semakin tak ku mengerti.
Ada sesuatu yang tak lagi aku mengerti. Semacam kesedihan yang terpendam dan
aku tak pernah tahu akan hal itu. Aku masih saja diam. Terus memperhatikan
sekeliling. Seolah bukan disinilah tempatku.
Wajah-wajah yang kurindukan
menyimpan sesuatu yang tak ku ketahui. Komunikasi kami sangat terbatas. Kami hanya
bisa berkomunikasi lewat telepon umum atau wartel, itu pun jika ada uang.
Aku terus membungkam mulutku
dalam diam. Tak bertanya apapun. kami hanya tinggal bertiga, ibuku, kakak ku
dan aku. Ya, ayahku sudah lama meninggalkan ibuku demi orang lain. Ironis tapi
inilah hidup. Aku terus bertahan karena ibuku, ibuku yang memberiku kekuatan
untuk terus bertahan hingga saat ini.
Hari ini ketika hujan turun ibuku
sedang duduk sambil melipat baju. Kakakku belum pulang dari entah apa yang dia
lakukan setiap harinya. Aku dan ibuku pun tidak tahu. Keluarga kami selalu saja
diremehkan oleh orang lain. Aku sangat tahu akan hal itu. Untuk itulah aku
ingin sekali sekolah tinggi demi mengangkat derajat keluargaku dan tidak ada
lagi orang yang meremehkan keluargaku.
Aku menyapa ibu dan melepaskan
seluruh rasa rinduku. Ibuku terlihat renta, aku menahan butiran air mataku,
berusaha tidak menetes di depan ibuku. Kusungggingkan senyum ku yang manis agar
aku bisa melihat senyum ibuku. Dan benar, ibuku tersenyum. Lama aku tak melihat
senyum ibuku. Terimakasih ibu.
Malam pun tiba, dan aku berniat
bertanya pada ibu apa yang terjadi selama aku pergi. Ibu pun menceritakan
semuanya. Aku tercengang dalam diam dan tak bisa berkata apa apa. Kutahan air
mataku. Ku tahan ekpresi sedih ku. Semua aku lakukan hanya demi ibu. Setelah ibu
cerita, aku mohon diri untuk menunaikan sholat.
Setelah masuk kamar dan sholat,
aku mengadu pada-Nya.
“Ya Rabb, cobaan apa yang sedang
Engkau berikan pada keluarga hamba. Hamba sedih mendengarnya.”
Kesedihan terpendam dari ibuku,
ternyata selama ini kakakku sudah banyak berubah. Dia kini menjadi susah
diatur, selalu membentak ibu, pergi sesuka hati, dan yang membuatku sangat
sedih adalah dia kini terjerumus pada pergaulan yang tidak seharusnya dia
ikuti. Ya, dia berjudi. Ibu mengatakan semua orang sudah tau akan hal itu. dan Ibu, ibu ternyata menderita penyakit liver.
Luruh. Hatiku seolah runtuh. lemas rasanya seluruh jiwa ini ketika mendengar semua itu. saya mengira rumah masih sama ketika saya pergi dulu, tapi semua itu tidal lagi sama.
Kini
keluarga berada di pundakku. Tuhan kuatkan hamba-Mu ini.