Thursday, August 23, 2012

Kesedihan terpendam


Hujan membasahi tanah yang kering, aroma tanah basah menyeruak memenuhi seluruh penciumanku. Tenang. Basah. Sangat khas. sudah lama hujan tak turun. Hari ini adalah hujan pertamaku di rumah. Ya, aku baru saja tiba di rumah, setelah sekian lama aku merantau ke jakarta.

Keadaan di rumah semakin tak ku mengerti. Ada sesuatu yang tak lagi aku mengerti. Semacam kesedihan yang terpendam dan aku tak pernah tahu akan hal itu. Aku masih saja diam. Terus memperhatikan sekeliling. Seolah bukan disinilah tempatku.

Wajah-wajah yang kurindukan menyimpan sesuatu yang tak ku ketahui. Komunikasi kami sangat terbatas. Kami hanya bisa berkomunikasi lewat telepon umum atau wartel, itu pun jika ada uang.
Aku terus membungkam mulutku dalam diam. Tak bertanya apapun. kami hanya tinggal bertiga, ibuku, kakak ku dan aku. Ya, ayahku sudah lama meninggalkan ibuku demi orang lain. Ironis tapi inilah hidup. Aku terus bertahan karena ibuku, ibuku yang memberiku kekuatan untuk terus bertahan hingga saat ini.

Hari ini ketika hujan turun ibuku sedang duduk sambil melipat baju. Kakakku belum pulang dari entah apa yang dia lakukan setiap harinya. Aku dan ibuku pun tidak tahu. Keluarga kami selalu saja diremehkan oleh orang lain. Aku sangat tahu akan hal itu. Untuk itulah aku ingin sekali sekolah tinggi demi mengangkat derajat keluargaku dan tidak ada lagi orang yang meremehkan keluargaku.  

Aku menyapa ibu dan melepaskan seluruh rasa rinduku. Ibuku terlihat renta, aku menahan butiran air mataku, berusaha tidak menetes di depan ibuku. Kusungggingkan senyum ku yang manis agar aku bisa melihat senyum ibuku. Dan benar, ibuku tersenyum. Lama aku tak melihat senyum ibuku. Terimakasih ibu.

Malam pun tiba, dan aku berniat bertanya pada ibu apa yang terjadi selama aku pergi. Ibu pun menceritakan semuanya. Aku tercengang dalam diam dan tak bisa berkata apa apa. Kutahan air mataku. Ku tahan ekpresi sedih ku. Semua aku lakukan hanya demi ibu. Setelah ibu cerita, aku mohon diri untuk menunaikan sholat.

Setelah masuk kamar dan sholat, aku mengadu pada-Nya.
“Ya Rabb, cobaan apa yang sedang Engkau berikan pada keluarga hamba. Hamba sedih mendengarnya.”
Kesedihan terpendam dari ibuku, ternyata selama ini kakakku sudah banyak berubah. Dia kini menjadi susah diatur, selalu membentak ibu, pergi sesuka hati, dan yang membuatku sangat sedih adalah dia kini terjerumus pada pergaulan yang tidak seharusnya dia ikuti. Ya, dia berjudi. Ibu mengatakan semua orang sudah tau akan hal itu. dan Ibu, ibu ternyata menderita penyakit liver. 
Luruh. Hatiku seolah runtuh. lemas rasanya seluruh jiwa ini ketika mendengar semua itu. saya mengira rumah masih sama ketika saya pergi dulu, tapi semua itu tidal lagi sama.

Kini keluarga berada di pundakku. Tuhan kuatkan hamba-Mu ini.

0 comments:

Post a Comment

Copyright Nita Aprilianti 2011. Powered by Blogger.
 

Blog Template by BloggerCandy.com